WALIMATUL 'URSY (Yuni & O'bie)

Assalamualaikum Wr. Wb.

Maha suci Allah SWT yang telah mempertemukan serta mempersatukan hati kami untuk menyempurnakan perintah agama, mengikuti sunnah Rasul, dan membentuk keluarga yang Sakinah Mawaddah Warrahmah dalam ikatan suci pernikahan.




                               drg. Vitria Yunita & drg. Robby Ramadhonie 

 

- Akad Nikah Insya Allah akan dilaksanakan pada:
Sabtu, 02 Maret 2013 / Pukul 19:30 wib - Selesai.
Tempat: Jl. Permata I No.10 Labuh Baru Barat, Kec.Payung Sekaki, Pekanbaru - Riau

- Resepsi Pernikahan akan dilaksanakan pada:
Minggu, 03 Maret 2013 / Pukul 11.00 wib - Selesai.
Tempat: Jl. Permata I No.10 Labuh Baru Barat, Kec.Payung Sekaki Pekanbaru - Riau





Merupakan suatu kehormatan dan kebahagiaan bagi kami apabila Bapak / Ibu / Saudara / Sahabat berkenan hadir dan apabila tidak memungkinkan cukuplah memberikan doa restu kepada kami, agar menjadi keluarga yang bahagia, aamiin. Terima kasih :)




*Nb: Tanpa mengurangi rasa hormat kami, pesan ini adalah pengganti dari undangan resmi. Kami mohon maaf atas segala keterbatasan dan kekurangan.


 

Wassakamualaikum Wr. Wb.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KARANG GIGI (Kalkulus/Tartar)

Karang gigi atau kalkulus (disebut juga tartar), yaitu suatu lapisan deposit (bahan keras yang melekat pada permukaan gigi) mineral yang berwarna kuning atau coklat pada gigi karena plak gigi yang mengeras. Menurut Kamus Kedokteran Gigi (F.J Harty dan R Ogston), adalah Deposit plak yang termineralisasi, kemudian mengeras yang menempel pada gigi. 

Komposisi kalkulus bervariasi sesuai dengan lama deposit, posisinya di dalam mulut, dan bahkan lokasi geografi dari individu. Terdiri dari 80% massa anorganik, air, dan matriks organik (protein dan karbohidrat), sel-sel epitel deskuamasi, bakteri filament gram positif, kokus, dan leukosit. Masa anorganik terutama terdiri dari fosfat, kalsium, dalam bentuk hidroksiapatite, brushite, dan fosfat oktakalsium. Selain itu, juga terdapat sejumlah kecil kalsium karbonat, magnesium, fosfat, dan florida (Manson, 1993).




Terbentuknya Karang Gigi
 
Setelah kita menyikat gigi, pada permukaan gigi akan terbentuk lapisan bening dan tipis yang disebut pelikel. Pelikel ini belum ditumbuhi kuman (Bakteri). Apabila pelikel sudah ditumbuhi kuman (Bakteri) disebutlah dengan plak. Plak berupa lapisan tipis bening yang menempel pada permukaan gigi, terkadang juga ditemukan pada gusi dan lidah. Lapisan itu tidak lain adalah kumpulan sisa makanan, segelintir bakteri, sejumlah protein dan air ludah. Plak selalu berada dalam mulut karena pembentukannya selalu terjadi setiap saat, dan akan hilang bila menggosok gigi atau menggunakan benang khusus. Plak yang dibiarkan, lama kelamaan akan terkalsifikasi (berikatan dengan kalsium) dan mengeras sehingga menjadi karang gigi. Mineralisasi plak mulai di dalam 24-72 jam dan rata-rata butuh 12 hari untuk matang. Karang gigi menyebabkan permukaan gigi menjadi kasar dan menjadi tempat menempelnya plak kembali sehingga kelamaan karang gigi akan semakin mengendap, tebal dan menjadi sarang kuman (Bakteri). Jika dibiarkan menumpuk, karang gigi dapat me-resorbsi (Mengkikis) tulang alveolar (tulang penyangga gigi) dan akibatnya gigi mudah goyang dan tanggal.






Karang gigi mengandung banyak bakteri-bakteri yang dapat menyebabkan penyakit lain di daerah sekitar gigi. Bila tidak dibersihkan, maka bakteri dapat memicu terjadinya infeksi pada daerah penyangga gigi (Gusi, Tulang gigi, dan Pembuluh darah gigi).

Bila sudah infeksi maka masalah lebih lanjut bisa timbul. Penderita biasanya mengeluh gusinya terasa gatal, mulut berbau tak sedap, sikat gigi sering berdarah, bahkan adakalanya gigi dapat lepas sendiri dari jaringan penyangga gigi. Infeksi yang mencapai lapisan dalam gigi (tulang alveolar) akan menyebabkan tulang pernyangga gigi menipis, kemudian gigi akan goyang dan mudah tanggal.
Selain mengakibatkan gigi tanggal, bakteri menginfeksi jaringan penyangga gigi dan dapat menyebar ke seluruh tubuh. Melalui aliran darah, bakteri dapat menyebar ke organ lain seperti jantung (Bakteremia). Karena itu ada beberapa kasus penyakit yang sebenarnya dipicu oleh infeksi dari gigi, ini disebut infeksi fokal. Penyakit infeksi otot jantung (miokarditis) termasuk penyakit yang dapat disebabkan oleh infeksi fokal.


What should we do?

Tidak seperti plak gigi yang bisa dibersihkan dengan sikat gigi, karang gigi hanya bisa dibersihkan oleh praktisi kesehatan gigi (Dokter gigi). Pembersihan karang gigi memerlukan alat-alat manual maupun elektrik kedokteran gigi. Pembersihan karang ini biasa dinamakan Scaling.


Scalling dengan alat manual

Scalling USS (Teknologi Kedokteran Gigi)


Scalling USS (Teknologi Kedokteran Gigi)

Pasien dapat melakukan scaling tiap 3-6 bulan sekali sekaligus memeriksakan kesehatan giginya secara teratur. Hal ini bertujuan supaya adanya penyakit gigi dan mulut dapat di deteksi lebih dini sehingga tidak berakibat fatal. Ingat, pencegahan terjadinya penyakit jauh lebih murah, efektif, dan efisien, jika dibandingkan harus mengobati penyakit yang sudah terlanjur menyebar.

Rasa ngilu hingga sensasi gigi goyah yang sering timbul pasca perawatan ini adalah hal yang biasa terjadi karena sebelum perawatan gigi tersebut tertutup oleh karang gigi dan saat terbuka maka gigi dan gusi (gingiva) harus menyesuaikan kondisi lagi maka timbullah sensasi gigi goyah dan rasa ngilu. 

Pada pasien lain mungkin juga akan muncul perdarahan. Apabila setelah perawatan gangguan-gangguan ini tidak berkurang, maka sebaiknya segera konsultasikan lagi ke dokter gigi anda. 


PENCEGAHAN
  1. Menyikat gigi secara sempurna (min.3x/hari)
  2. Menggunakan Dental floss, untuk menghilangkan sisa makanan ato deposit yang terselip (terjebak) diantara 2 permukaan gigi yang tidak terjangkau oleh sikat gigi.
  3. Menggunakan obat kumur, mengandung clorhexidine yang membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteri (organisme) penyebab plak dan karang gigi
  4. Kontrol Ke dokter gigi, Sebaiknya dilakukan secara rutin tiap 2 sampai 4 kali dalam setahun. Atau atas pertimbangandokter atas kondisi yang ditemukan. Laju pembentukan karang gigi setiap individu berbeda bedadipicu oleh bebagi faktor dalam tubuh misalnya pada penderita deabetes bniasanya karang gigicepat terbentuk karena kondisi tingkat kekentalan air liur sangat tinggi dan jumlahnya sedikit, karena itu semakin cepat karang gigi terbentuk sering pula kita melakukan perawatan pembersihan (Sriono, 2005: 52 ).


Smoga bermanfaat :)




Daftar Pustaka
  • FJ Harty, R Ogston. 1995. Kamus Kedokteran Gigi. EGC
  • Manson J. D. 1993. Buku Ajar Periodonti. Hipokrates: Jakarta
  • Sriono, Niken Widyanti. 2005. Pengantar Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan.Cet.ke-1. Yogyakarta: Medika Fakultas Kedokteran Gigi UGM






  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

POSTER GIGI






  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Penyebab Bau Mulut dan Cara Mengatasinya

Halitosis or 'bad breath' atau Bau Mulut adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan bau nafas tidak sedap yang dikeluarkan melalui mulut. Sampai saat ini bau mulut merupakan salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang menjadi keluhan utama masyarakat umum setelah gigi berlubang (Karies Gigi) dan penyakit jaringan pendukung gigi (Periodontal).

Meskipun prevalensi penyakit ini tinggi, tapi terkadang kebanyakan mereka hanya mengusahakan berbagai cara untuk meyembunyikan atau mengurangi bau mulut tanpa menanggulangi penyebab dan upaya pencegahan yang tepat, bahkan mereka tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya menderita halitosis. 

Bau mulut disebabkan karena terbentuknya gas Volatile Sulfur Compound (VSC), yaitu kumpulan gas-gas yang mengandung sulfur yang dilepaskan melalui udara pernafasan. VSC yang terdiri atas H2S, CH3SH, dan (CH3)2S. Halitosis dibedakan menjadi 2, yaitu: fisiologis dan patologis.

Halitosis Fisiologis
     Pada halitosis ini contohnya adalah 'Morning Breath', yaitu bau nafas pada waktu bangun pagi. Keadaan ini disebabkan karena tidak aktifnya otot pipi dan lidah serta berkurangnya aliran saliva (air liur) pada saat tidur. Bau nafas ini dapat diatasi dengan cara merangsang air liur dan membersihkan sisa-sisa makanan dalam mulut dengan berkumur dan menyikat gigi.

Halitosis Patologis
     Adanya pertumbuhan bakteri yang dikaitkan dengan kondisi kebersihan mulut yang buruk merupakan penyebab halitosis patologis ini. Contohnya adanya lidah yang berselaput, gigi yang berlubang (karies), dan penyakit jaringan pendukung gigi (periodontal). Selain itu juga, adanya penyakit dalam seperti Diabetes Meilitus, penyakit ginjal, Infeksi kronis pada rongga pernafasan, tenggorokan, dan gangguan pencernaan yang menghasilkan bau-bau khusus. Penderita diabetes, menghasilkan bau yang khusus seperti nafas berbau aseton, dan udara pernafasan yang dihasilkan oleh kerusakan ginjal berbau amonia.

Selain penyebab ada juga faktor resiko yang membuat bau mulut, seperti:

1. Makanan dan Minuman
    Makanan dan minuman tertentu dapat menimbulkan bau nafas yang tidak sedap, contohnya: susu, bawang, jengkol, atau makanan yang pedas. Makanan dan minuman tersebut diuraikan lewat proses pencernaan, masuk ke aliran darah, dan dibawa ke paru-paru, kemudian udara dilepaskan.

2. Tembakau (Nikotin)
    Perokok memiliki bau yang khas dan bau tersebut bertahan lama lebih dari satu hari akibat penumpukan nikotin di gigi, lidah, dan gusi. 

3. Mulut Kering (Xerostomia)
    Mulut kering dapat juga memicu halitosis. kondisi ini ditandai oleh menurunnya produksi saliva (air liur) mengakibatkan funsi saliva sebagai 'self cleansing' rongga mulut terganggu. Xerostomia dapat disebabkan oleh minuman yang beralkohol, obat-obat anti depresan, anti histamin (alergi), anti kolinergik, dan terapi-terapi kanker (radioterapi) daerah leher dan kepala. Mulut kering juga bisa disebabkan karena diet yang keras, sehingga mengganggu pola makan dan minum.

4. Gigi tiruan atau Restorasi (tambalan gigi) yang tidak baik
    Pemakaian gigi tiruan logam dan vulganit lebih sering menimbulkan bau dari pada yang terbuat dari akrilik, kecuali jika gigi tiruan akrilik dijaga dengan baik kebersihannya. Selain itu restorasi pemasangan mahkota gigi yang tidak pas dan menggantung, sehingga menyebabkan sisa-sisa makanan melekat dan memicu pertumbuhan bakteri dan timbul halitosis.


Cara mengatasinya:

1. Menyikat gigi 
    Sebaiknya menyikat gigi dilakukan minimal 3x sehari (Pagi, Sore, dan Malam sebelum tidur) dengan interval waktu 3-5 menit. Hal yang perlu diperhatikan adalah sikat gigi yang digunakan pilih yang bulu sikatnya lembut dengan kondisi yang baik supaya tidak mengkikis lapisan gigi. tidak lupa pula pasta gigi yang mengandung fluor untuk mencegah gigi berlubang.


2. Menggunakan benang gigi (dental floss)
    Benang gigi digunakan untuk membersihkan celah-celah gigi yang sempit yang tidak dapat dicapai oleh sikat gigi. Sehingga tidak ada makanan yang terjebak di celah gigi yang menyebabkan gigi berlubang dan bau mulut.


3. Membersihkan lidah
    Permukaan lidah dibersihkan dengan cara menyikat lidah 2x sehari dengan sikat gigi khusus. Lidah dibersihkan secara perlahan sehingga tidak membuat lidah terluka.

 
4. Menggunakan obat kumur
    Obat kumur pa;ing sedikit digunakan 1x sehari. waktu yang paling tepat menggunakan obat kumur adalah sebelum tidur, karna obat kumur memberikan efek anti bakteri selama tidur saat aktivitas bakteri penyebab bau mulut meningkat.





5. Diet sehat
     Diet sehat dilakukan dengan memakan makanan yang berserat dan mempunyai konsistensi kasar yang membantu membersihkan permukaan lidah dari bagian-bagian yang menyebabkan bau mulut, serta minum air putih setiap hari. Baru-baru ini ada penelitian di Jepang melaporkan bahwa yogurt tanpa gula dapat mengurangi senyawa penyebab halitosis. Hal ini dibuktikan dengan dijumpai penurunan level senyawa hidrogen sulfida sampai 80% setelah mengkonsumsi 90gr yogurt setiap hari selama 6 minggu. Selain itu, ada penelitian dari Amerika menunjukan bahwa polifenol (catechin dan theaflavin) senyawa yang terkandung dalam teh menghambat pertumbuhan bakteri penyebab halitosis.



6. Kontrol rutin ke Dokter Gigi 3-6 bulan sekali
    Bau mulut bisa disebabkan diantaranya gigi yang berlubang, prothesa yg tidak sempurna (gigi palsu), infeksi pada gusi (jaringan pendukung gigi), sisa akar gigi kropos, dan kebersihan mulut yang buruk (plak, karang gigi, dll). Penyebab-penyebab tersebut dapat diselesaikan dengan pergi ke dokter gigi, dan memperoleh banyak pengetahuan tentang gigi dan mulut dari dokter.



 7. Rujukan
     Jika ditemukan bahwa halitosis (bau mulut) masih terjadi setelah faktor penyebab di hilangkan. Maka perlu diwaspadai kemungkinan adanya penyakit yang tidak berkaitan dengan gigi dan mulut seperti penyakit dalam (sistemik). Dalam hal ini, perlu pergi ke dokter gigi spesialis untuk menanganinya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS