Halitosis or 'bad breath' atau Bau Mulut adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan bau nafas tidak sedap yang dikeluarkan melalui mulut. Sampai saat ini bau mulut merupakan salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang menjadi keluhan utama masyarakat umum setelah gigi berlubang (Karies Gigi) dan penyakit jaringan pendukung gigi (Periodontal).
Meskipun prevalensi penyakit ini tinggi, tapi terkadang kebanyakan mereka hanya mengusahakan berbagai cara untuk meyembunyikan atau mengurangi bau mulut tanpa menanggulangi penyebab dan upaya pencegahan yang tepat, bahkan mereka tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya menderita halitosis.
Bau mulut disebabkan karena terbentuknya gas Volatile Sulfur Compound (VSC), yaitu kumpulan gas-gas yang mengandung sulfur yang dilepaskan melalui udara pernafasan. VSC yang terdiri atas H2S, CH3SH, dan (CH3)2S. Halitosis dibedakan menjadi 2, yaitu: fisiologis dan patologis.
Halitosis Fisiologis
Pada halitosis ini contohnya adalah 'Morning Breath', yaitu bau nafas pada waktu bangun pagi. Keadaan ini disebabkan karena tidak aktifnya otot pipi dan lidah serta berkurangnya aliran saliva (air liur) pada saat tidur. Bau nafas ini dapat diatasi dengan cara merangsang air liur dan membersihkan sisa-sisa makanan dalam mulut dengan berkumur dan menyikat gigi.
Halitosis Patologis
Adanya pertumbuhan bakteri yang dikaitkan dengan kondisi kebersihan mulut yang buruk merupakan penyebab halitosis patologis ini. Contohnya adanya lidah yang berselaput, gigi yang berlubang (karies), dan penyakit jaringan pendukung gigi (periodontal). Selain itu juga, adanya penyakit dalam seperti Diabetes Meilitus, penyakit ginjal, Infeksi kronis pada rongga pernafasan, tenggorokan, dan gangguan pencernaan yang menghasilkan bau-bau khusus. Penderita diabetes, menghasilkan bau yang khusus seperti nafas berbau aseton, dan udara pernafasan yang dihasilkan oleh kerusakan ginjal berbau amonia.
Selain penyebab ada juga faktor resiko yang membuat bau mulut, seperti:
1. Makanan dan Minuman
Makanan dan minuman tertentu dapat menimbulkan bau nafas yang tidak sedap, contohnya: susu, bawang, jengkol, atau makanan yang pedas. Makanan dan minuman tersebut diuraikan lewat proses pencernaan, masuk ke aliran darah, dan dibawa ke paru-paru, kemudian udara dilepaskan.
2. Tembakau (Nikotin)
Perokok memiliki bau yang khas dan bau tersebut bertahan lama lebih dari satu hari akibat penumpukan nikotin di gigi, lidah, dan gusi.
3. Mulut Kering (Xerostomia)
Mulut kering dapat juga memicu halitosis. kondisi ini ditandai oleh menurunnya produksi saliva (air liur) mengakibatkan funsi saliva sebagai 'self cleansing' rongga mulut terganggu. Xerostomia dapat disebabkan oleh minuman yang beralkohol, obat-obat anti depresan, anti histamin (alergi), anti kolinergik, dan terapi-terapi kanker (radioterapi) daerah leher dan kepala. Mulut kering juga bisa disebabkan karena diet yang keras, sehingga mengganggu pola makan dan minum.
4. Gigi tiruan atau Restorasi (tambalan gigi) yang tidak baik
Pemakaian gigi tiruan logam dan vulganit lebih sering menimbulkan bau dari pada yang terbuat dari akrilik, kecuali jika gigi tiruan akrilik dijaga dengan baik kebersihannya. Selain itu restorasi pemasangan mahkota gigi yang tidak pas dan menggantung, sehingga menyebabkan sisa-sisa makanan melekat dan memicu pertumbuhan bakteri dan timbul halitosis.
Cara mengatasinya:
1. Menyikat gigi
Sebaiknya menyikat gigi dilakukan minimal 3x sehari (Pagi, Sore, dan Malam sebelum tidur) dengan interval waktu 3-5 menit. Hal yang perlu diperhatikan adalah sikat gigi yang digunakan pilih yang bulu sikatnya lembut dengan kondisi yang baik supaya tidak mengkikis lapisan gigi. tidak lupa pula pasta gigi yang mengandung fluor untuk mencegah gigi berlubang.
2. Menggunakan benang gigi (dental floss)
Benang gigi digunakan untuk membersihkan celah-celah gigi yang sempit yang tidak dapat dicapai oleh sikat gigi. Sehingga tidak ada makanan yang terjebak di celah gigi yang menyebabkan gigi berlubang dan bau mulut.
3. Membersihkan lidah
Permukaan lidah dibersihkan dengan cara menyikat lidah 2x sehari dengan sikat gigi khusus. Lidah dibersihkan secara perlahan sehingga tidak membuat lidah terluka.
4. Menggunakan obat kumur
Obat kumur pa;ing sedikit digunakan 1x sehari. waktu yang paling tepat menggunakan obat kumur adalah sebelum tidur, karna obat kumur memberikan efek anti bakteri selama tidur saat aktivitas bakteri penyebab bau mulut meningkat.
5. Diet sehat
Diet sehat dilakukan dengan memakan makanan yang berserat dan mempunyai konsistensi kasar yang membantu membersihkan permukaan lidah dari bagian-bagian yang menyebabkan bau mulut, serta minum air putih setiap hari. Baru-baru ini ada penelitian di Jepang melaporkan bahwa yogurt tanpa gula dapat mengurangi senyawa penyebab halitosis. Hal ini dibuktikan dengan dijumpai penurunan level senyawa hidrogen sulfida sampai 80% setelah mengkonsumsi 90gr yogurt setiap hari selama 6 minggu. Selain itu, ada penelitian dari Amerika menunjukan bahwa polifenol (catechin dan theaflavin) senyawa yang terkandung dalam teh menghambat pertumbuhan bakteri penyebab halitosis.
6. Kontrol rutin ke Dokter Gigi 3-6 bulan sekali
Bau mulut bisa disebabkan diantaranya gigi yang berlubang, prothesa yg tidak sempurna (gigi palsu), infeksi pada gusi (jaringan pendukung gigi), sisa akar gigi kropos, dan kebersihan mulut yang buruk (plak, karang gigi, dll). Penyebab-penyebab tersebut dapat diselesaikan dengan pergi ke dokter gigi, dan memperoleh banyak pengetahuan tentang gigi dan mulut dari dokter.
7. Rujukan
Jika ditemukan bahwa halitosis (bau mulut) masih terjadi setelah faktor penyebab di hilangkan. Maka perlu diwaspadai kemungkinan adanya penyakit yang tidak berkaitan dengan gigi dan mulut seperti penyakit dalam (sistemik). Dalam hal ini, perlu pergi ke dokter gigi spesialis untuk menanganinya.